Minggu, 09 November 2014

MANAJEMEN KURIKULUM tentang "Evaluasi Kurikulum"



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Tulisan ini akan membahas mengenai pengertian evaluasi kurikulum, pentingnya evaluasi, model-model evaluasi kurikulum, dan peranan evaluasi kurikulum. Selama ini model kurikulum yang berlaku adalah model kurikulum yang bersifat akademik. kulum yang demikian cenderung terlalu berorientasi pada isi atau bahan pelajaran. Berdasarkan hasil beberapa penelitian ternyata model kurikulum yang demikian kurang mampu meningkatkan kemampuan anak didik secara optimal. Hal ini terbukti dari rendahnya kualitas pendidikan kita dibandingkan dengan negara lain. Sebagai contoh bahwa di beberapa negara Asean menunjukkan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada tingkat terendah, untuk mata pelajaran matematika berada pada urutan ke 32 pada tingkat SLTP. Bukti ini hanya sebagian kecil saja dari keterpurukan output pembelajaran yang selama ini dikembangkan berdasarkan kurikulum akademik yang berlaku. Dampak lain dari implementasi kurikulum akademik ini ternyata tidak mampu memberikan nilai etika, moral, dan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan siswa dimanapun ia berada. Maka dengan adanya evaluasi diharapkan dapat memperbaiki aspek-aspek diatas sehingga model kurikulum yang diterapkan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, di peroleh beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian evaluasi kurikulum
2.      Mengetahui tujuan evaluasi kurikulum
3.      Mengetahui model-model evaluasi kurikulum
4.      Apa peranan evaluasi kurikulum
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dan penulisan makalah ini yakni sebagai berikut :
1.      Dapat mengetahui pengertian evaluasi kurikulum dan tujuan evaluasi kurikulum.
2.      Mengetahui model-model evaluasi kurikulum
3.      Mengetahui apa peranan evaluasi kurikulum




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pegertian Evaluasi Kurikulum
Kurikulum yang memiliki nilai penting sebagaimana diungkap dalam bab pendahuluan menjadikan keberadaan evaluasi kurikulum menjadi hal yang fardhu adanya. Adapun pengertian evaluasi adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar criteria. Evaluasi juga diartikan sebagai kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Sedangkan menurut Marrison evaluasi adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat criteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.
Evaluasi kurikulum dalam tingkatan informal berbentuk perkiraan, dugaan atau pendapat tentang perubahan-peruabahan yang telah dicapai oleh program sekolah. Evaluasi kurikulum merupakan suatu tema yang luas, meliputi banyak kegiatan, meliputi sejumlah prosedur, bahkan dapat merupakan suatu lapangan studi yang berdiri sendiri. Evaluasi kurikulum juga merupakan fenomena memiliki banyak segi. Inilah beberapa definisi evaluasi kurikulum yang perlu untuk kita ketahui.
Banyak ahli yang telah menyumbangkan buah pikirannya tentang evaluasi kurikulum antara lain :
1.      Stephen Wiseman dan Dauglas Pidgeson dalam bukunya yang berjudul curriculum Evalluation, evaluasi yaitu perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat criteria yang disepakati dan dapat dipertnggung jawabkan.
2.      Dalam buku The School Curriculum, evaluasi dinyatakan sebagai suatu proses pengumpulan data secara sistematis, yang bertujuan untuk membantu pendidik untuk memahami dan menilai suatu kurikulum, serta memperbaiki metode pendidikan. Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui dan memutuskan apakah program yang telah ditentukan dengan tujuan semula.
3.      Dalam buku Curriculum Plainning and Development, evaluasi adalah proses untuk menilai kinerja pelaksanaan suatu kurikulum. Yang didalamnya ada tiga makna yaitu :
a.       Untuk mencapai tujuan tersebut harus diperiksa hal-hal yang telah dan sedang dilakukan.
b.      Evaluasi harus mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria tertentu.
4.      Menurut Morison evaluasi adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.
5.      Dalam buku The School Curruculum, evaluasi dinyatakansebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis yang bertujuan untuk membantupendidikan memehami dan menilai suatu kurikulum, srta memperbaiki metode pendidikan
  1. Adapapun dalam buku Curriculum Plannning and Develoment dinytakan bahwa evaluasi adalah proses untuk menilai kinerja pelaksanaan suatu kurikulum artinya  evaluasi tidak akan terjadi kecuali telah mengetahui tujuan yang akan dicapai, tujuan tersebutt harus diperiksa hala-hala yang telah dan sedang dilakukan serta evaluasi harus mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria tertentu.
  2. Dalam teori dan praktek pendidikan evaluasi kurikulum merupakan suatu bidang yang berkembang dengan cepat, termasuk evaluasi terhadap implementasi kurikulum.
Evaluasi kurikulum memegang peran penting baik dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pemegang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pemegang system pendidikan dan pemegang model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.
B.     Tujuan Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan, indicator kinerja yang akan dievaluasi yaitu efektifitas program. Dalam arti luas evaluasi kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari beberapa aspek yaitu Efektiitas, Relevansi, Efisiensi, dan Kelayakan (feasibility) program. Evaluasi dalam pengembangan kurikulum dimaksudkan untuk keperluan :



Ø  Perbaikan kurikulum
Evaluasi bersifat konstruktif karena informasi hasil evaluasi dijadikan input bagi perbaikan pengembangan program kurikulum. Jadi, evaluasi dipandang sebagai tolak ukur hasil pengembangan system.
Ø  Pertanggung jawaban kepada berbagai pihak
Pada fase pengembangan kurikulum diperlukan pertanggung jawaban social,ekonomi, dan moral berupa kekuatan dan kelemahan kurikulum serta upaya untuk mengatasinya dari berbagai pihak yang mensposori kegiatan pengembangan kurikulum dan yang menjadi konsumen dari kurikulum yang telah dikembangkan.
Ø  Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan
Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk jawaban. Untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan diperlukan adanya kegiatan evaluasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan.
C.    Model-Model Evaluasi Kurikulum
Model evaluasi kurikulum sebagaimana perkembangan evaluasi kurikulum di Amerika, Inggris dan Australia adalah dibedakan menjadi 3 yaitu: pertama, model yang masuk dalam kategori kuantitatif. Kedua, model kualitatif dan ketiga model-model ekonomi. Adapun penjabarannya masing-masing adalah sebagai berikut :
Adapun ciri yang menonjol dari evaluasi kuantitatif adalah penggunaan prosedur kuantitatif untuk mengumpulkan data sebagai konsekuensi penerapan pemikiran paradigma positivisme. Sehingga model-model evaluasi kuantitatif yang ada menekankan peran penting metodologi kuantitatif dan penggunaan tes. Ciri berikutnya dari model-model kuantitatif adalah tidak digunakannya pendekatan proses dalam mengembangkan criteria evaluasi.
Berikutnya model-model kuantitatif ini sama-sama memiliki focus evaluasi yaitu pada dimensi kurikulum sebagai hasil belajar. Dimensi ini (hasil belajar) adalah merupakan criteria pokok bagi model-model kuantitatif. Adapun diantara model-model evaluasi kurikulum yang terkategori sebagai model evaluasi kuantitatif adalah sebagai berikut.

1.       Model Tyler
Adapun prosedur pelaksanaan dari model evaluasi Tyler adalah sebagai berikut:
Ø  Menentukan tujuan kurikulum yang akan dievaluasi. Tujuan kurikulum yang dimaksud disini adalah model tujuan behavioral. Dan model ini di Indonesia sudah dikembangkan sejak kurikulum 1975. Adapun untuk kurikulum KTSP saat ini maka harus mengembangkan tujuan behavioral ini jika berkenaan dengan model kurikulum berbasis kompetensi.
Ø  Situasi dimana peserta didik mendapatkan kesempatan untuk memperlihatkan tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan. Dari langkah ini diharapkan evaluator memberikan perhatian dengan seksama supaya proses pembelajaran yang terjadi mengungkapkan hasil belajar yang dirancang kurikulum.
Ø  Menentukan alat evaluasi yang akan digunakan untuk megukur tingkah laku peserta didik. Alat evaluasi ini dapat berbentuk tes, observasi, kuisioner, panduan wawancara dan sebagainya. Adapun instrument evaluasi ini harus teruji validitas dan reliabilitasnya.
Inilah tiga prosedur dalam evaluasi model Tyler. Adapun kelemahan dari model Tyler ini adalah tidak sejalan dengan pendidikan karena focus pada hasil belajar dan mengabaikan dimensi proses. Padahal hasil belajar adalah produk dari proses belajar. Sehingga evaluasi yang mengabaikan proses berarti mengabaikan komponen penting dari kurikulum.
Adapun kelebihan dari model Tyler ini adalah kesederhanaanya. Evaluator dapat memfokuskan kajian evaluasinya hanya pada satu dimensi kurikulum yaitu dimensi hasil belajar. Sedang dimensi dokumen dan proses tidak menjadi focus evaluasi.

2.      Model Hammond
      Hammond (1973) menyarankan lima langkah untuk menentukan apakah kurikulum telah mencapai tujuannya. Kelima langkah tersebut adalah:
a.       Mengisolasi program atau bagian dari kurikulum yang akan dievaluasi,
b.      Mendefinisikan variabel deskriptif (semua variabel yang berkaitan dengan sekolah dan instruksi),
c.       Menyatakan tujuan dalam istilah perilaku,
d.      Menilai perilaku yang digambarkan dalam tujuan, dan
e.       Menganalisis hasil untuk sampai pada kesimpulan tentang tujuan.
      Hammond, yang lebih peduli dari Tyler dengan menentukan pengaruh faktor institusional dan instruksional pada pencapaian tujuan.
3.      Model Provus (Discrepancy Evaluation Model)
            Provus (1973) memandang penilaian sebagai proses pengelolaan informasi berkelanjutan yang dirancang memberi pelayanan sebagai the watchdog of program management’dan the handmaiden of administration in the management of program development trough sound decision making.
Walaupun nampak adanya pendekatan manajemen dalam pemikiran Provus, tetapi tradisi Tyler lebih dominan. Hal ini dapat dilihat dari definisi evaluasi yang ia kembangkan. Menurut Provus, evaluasi adalah proses:
Ø  menyetujui berdasarkan standar (istilah lain yang digunakan secara bergantian dengan istilah tujuan),
Ø  menentukan apakah ada kesenjangan antara kinerja aspek-aspek program dengan standar kinerja yang ditetapkan;
Ø  menggunakan informasi tentang kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan sebagai bahan untuk meningkatkan mengelola, atau mengakhiri program atau salah satu aspek dari program tersebut.
Pendekatan yang diperkenalkan Provus ini dinamakan Discrepancy Evaluation Model.
4.      Model Stake
Model countenance adalah model pertama evaluasi kurikulum yang dikembangkan oleh Stake. Stake mendasarkan modelnya ini pada evaluasi formal. Evaluasi formal adalah evaluasi yang dilakukan oleh pihak luar yang tidak terlibat dengan evaluan. Model countenance Stake terdiri atas dua matriks. Matrik pertama dinamakan matriks Deskripsi dan yang kedua dinamakan matriks Pertimbangan.
Ø  Matrik Deskripsi
Kategori pertama dari matrik deskripsi adalah sesuatu yang direncanakan (intent) pengembang kurikulum dan program. Dalam konteks KTSP maka kurikulum tersebut adalah kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sedangkan program adalah silabus dan RPP yang dikembangkan guru. Kategori kedua adalah observasi, yang berhubungan dengan apa yang sesungguhnya sebagai implementasi dari apa yang diinginkan pada kategori pertama. Pada kategori ini evaluan harus melakukan observasi mengenai antecendent, transaksi dan hasil yang ada di satu satuan pendidikan atau unit kajian yang terdiri atas beberapa satuan pendidikan.
Ø  Matrik Pertimbangan
Dalam matrik ini terdapat kategori standar, pertimbangan dan focus antecendent, transaksi, autocamo (hasil yang diperoleh). Standar adalah criteria yang harus dipenuhi oleh suatu kurikulum atau program yang dijadikan evaluan. Berikutnya adalah evaluator hendaknya melakukan pertimbangan dari apa yang telah dilakukan dari kategori pertama dan matrik deskriptif.
5.      Model Parlett dan Hamilton
Tujuan dari model ini adalah untuk menjelaskan tentang pemahaman audiens tentang suatu kurikulum atau program. Mereka mengklaim bahwa illuminative evaluasi itu untuk kurang membatasi tentang evaluasi tradisional. Ia fokus pada deskripsi dan interpretasi dari pada pengukuran dan prediksi. Tujuannya adalah:
1)      Untuk menguji pengaruh ditempatkanya suatu kurikulum, pendapat inni meliputi tentang manfaat dan tidaknya, dan bagaimana kinerja siswa lebih dipengaruhi
2)      Untuk melihat dan mendiskusikan keistimewaan dari sebuah kurikulum secara signifikan, dan proses untuk mengimplementasikannya
3)      Mengidentifikasi seluruh bagian dari kurikulum yang diperlukan
                                   
6.       Model Kemmis
Model kemmis ini didasarkan pada apa yang dilihat pada kurikulum yang tidak bisa untuk diukur cara dan tujuan yang tepat, tapi memerlukan evaluasi yang luas yang mencakup interaksi yang banyak dari masing-masiang variabel.

7.      Model Walberg
Model Walberg ini untuk penelitian tentang instruksi (1970, 1971), Anggapan utama Walberg adalah bahwa model penelitian pada instruksi harus mencakup tiga kelas utama dari variabel dan interaksi mereka: instruksi, bakat siswa dan lingkungan belajar. Dia menyajikan model matematis dinyatakan beberapa menggambarkan hubungan ini. Menyatakan model umum bahwa belajar (Li) adalah fungsi (b) dari bakat (As), lingkungan belajar (Ej), dan instruksi (Ik).
Artikel Walberg 1974 lebih jauh menekankan proses dan konteks pembelajaran. Dia berpendapat bahwa pembelajaran harus diperiksa ketika sedang berlangsung, bahwa proses dan konteks pembelajaran harus dianalisis, dan bahwa standar evaluator harus 'menekankan' hasil prestasi-test dalam evaluasi pendidikan.
Model Walberg untuk penelitian pada instruksi menganggap evaluasi kurikulum sebagai penekanan lingkungan belajar dan bakat siswa serta tata cara pengajaran.
D.    Peranan Evaluasi Kurikulum
Evalusi kurikulum dapat dilihat sebagai proses sosial dan intittusi sosial. Proyek-proyek evaluasi yang dikembangkan di Inggris umpamanya, juga di Negara-negara lain, merupakan intitusi sosial mempunyai asal usul, sejarah, struktur serta interest sendiri. Beberpa karakteristik dari proyek-proyek kurikulum yang telah dikembangkan di Inggris, umpamanya
  • Lebih bekenaan dengan inovasi daripada dengan kurikulum yang ada, 
  • Lebih berskala nasional daripada lokal, 
  • Dibiayai oleh Grant dari luar yang berjangka pendek daripada oleh anggapan tetap, 
  • Lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan penelitian yang bersifat psikomotorik dari pada oleh kebiasaan lama yang berupa penelitian sosial. 
Peran evaluasi kebijaksaan dalam kurikulum khususnya pendidikan umumnya minimal berkenaan dengan tiga hal, yaitu:
Ø  Evaluasi sebagai judget, konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai. Hasil dari suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Hal ini mengandung dua pengertian, pertama, evaluasi berisi suatu skala nilai moral, berdasarkan skala tersebut suatu objek evaluasi dapat dinilai. Kedua, evaluasi berisi suatu prangkat kriteria praktis berdasarkan kriteria-kriteria tersebut suatu hasil yang dapat dinilai. Evaluasi kurikulum bukan merupakan konsep tunggal, minimal meliputi dua kegiatan, Kegiatan yang pertama mengumpulkan informasi, mungkin juga mengandung segi - segi nilai (terutama dalam memilih sumber informasi dan jenis informasi yang dikumpulkan), tetapi belum menunjukkan suatu evaluasi. Dalam kegiatan yang kedua, yaitu menentukan keputusan menunjukkan suatu evaluasi, dasar perimbangan yang digunakan adalah suatu perangkat nilai-nilai. 
Ø  Evaluasi dan penentuan keputusan, Pengambil keputusan dalam pelaksanaan pendidikan atau khususnya kurikulum sangat banyak, yaitu: guru, murid, orang tua, kepala sekolah, para inspektur. Pengembang kurikulum dan sebagainnya. Pada prinsipnya tiap individu tersebut membuat keputusan sesuai dengan posisinya masing masing. Besar atau kecilnya peranan keputusan yang diambil oleh seseorang sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya serta lingkup masalah yang dihadapinya pada suatu saat. Salah satu kesulitan yang dihadapi dalam penggunaan hasil evaluasi bagi pengambilan keputusan adalah, hasil evaluasi yang diterima oleh berbagai pihak pengambil keputusan adalah sama. Masalah yang timbul adalah bahwa belum tentu keputusan yang diambil bermanfaat bagi pihak lain, artinya suatu informasi mungkin lebih bermanfaat bagi pihak tertentu tetapi belum tentu bermanfaat bagi pihak yang lain.
Ø  Evaluasi dan konsensus nilai, Secara historis consensus nilai dalam evaluasi kurikulum berasal dari tradisi tes mental serta eksperimen. Konsensus tersebut berupa kerangka kerja penelitian yang dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus, pengukuran prestasi belajar yang bersifat behavioral, penggunaan analisis statistic dari pre test dan post test dan lain-lain.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Evaluasi kurikulum memegang perenan penting baik dalam penetuan kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum.
            Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan olrh pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pemegang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian dan fasilitas pendidikan lainnya.
            Model-model evaluasi kurikulum berdasarkan perkembangan evaluasi di Amerik, Inggris dan Australia dibedakan menjadi :
Model kuantitatif. meliputi model Black Box Tyler, Model Teoritik Taylor dan   Maguire, Model Pendekatan Sistem Alkin, Model Countenance Stake.
B.     Saran
Dari pembahasan di atas penulis menyadari betul bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan- kekurangan, baik dalam struktur bahasa maupun struktur kalimat. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kebaikan makalah kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA

Hamid,Hasan. 2009. Evaluasi Kurikulum. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
Http://zulharman 79.wordpress.com/2007/08/04/evaluasi-kurikulum-pengertian-kepentinga/.Diakses pada Hari Minggu 21 Oktober 2012.
Http://www.scribd.com/doc/94375386/Tujuan -Fungsi-Landasan-Evaluasi-Kurikulum. Diakses pada hari jum’at 18 Oktober 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar