BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam
mengembangkan dirinya dan meningkatkan harkat dan martabat manusia, sehingga
manusia mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang terjadi menuju arah yang
lebih baik. Melalui pendidikan, tiap individu dapat meningkatkan pengetahuan,
kemampuan dan kreativitas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam pendidikan khususnya sekolah, perkembangan peserta
didik tidak hanya sebatas mengembangkan intelektualnya saja namun juga perlu
diimbangi dengan perkembangan emosi ke arah positif dan membangun karakter
individu. Seiring dengan berkembangnya kehidupan masyarakat yang selalu berubah
secara dinamis, setiap orang harus bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan
tersebut.
Peran guru tentu tidaklah cukup untuk mengembangkan
kecerdasan emosi peserta didik ke arah yang tepat, tentu diperlukan ahli untuk
mengoptimalkan hal tersebut. Mengingat hal tersebut, dibentuklah sebuah sistem
pendidikan yang di dalamnya terdapat kewajiban untuk membimbing dan mendidik
perkembangan emosi peserta didik dengan bantuan seorang konselor sekolah.
Bimbingan dan Konseling di Sekolah dibentuk untuk memenuhi
perkembangan peserta didik dalam proses pengembangan emosi dan norma kehidupan
yang ada di sekolah maupun masyarakat. Bimbingan dan Konseling dianggap
memiliki peran penting dalam pencapaian peserta didik dalam pendidikannya,
hanya saja sebagian masyarakat masih belum memahami makna penyelenggaraan
bimbingan dan konseling di sekolah sehingga menimbulkan pertanyaan besar,
perlukah bimbingan dan konseling dilakukan.?
B.
Rumusan Masalah
Dari
beberapa uraian diatas, timbul beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apa makna bimbingan dan konseling di
sekolah ?
2. Perlukah dilakukan bimbingan dan
konseling di sekolah ?
3. Bagaimana permasalahan yang dihadapi
dalam pemberian layanan BK ?
4. Apa Usaha-usaha yang dilakukan oleh
guru dalam pemberian BK ?
C.
Tujuan Penulisan
Dari uraian
di atas, penulis mempunyai tujuan pembahasan, diantaranya sebagai berikut :
1.
Untuk
memberikan informasi kepada siswa bahwa layanan bimbingan dan konseling sangat
penting bagi siswa dalam meningkatkan motivasi belajar.
2.
Untuk
mengetahui makna Bimbingan dan konseling di sekolah.
3.
Untuk
mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam pemberian layanan BK.
4.
Untuk
mengetahui usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam pemberian pelayanan BK.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
a.
Pengertian Bimbingan
Pakar bimbingan
Moh. Surya, 1988 : 12 mengungkapkan bahwa : Bimbingan ialah suatu proses
pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang
di bimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri,
pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang
optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Bimbingan ialah
penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat
mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam
kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).
Menurut
Prayitno, 1983 : 2 dan 1987 : 35 Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada
seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang
menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima fungsi
pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu :
·
Mengenal diri sendiri dan lingkungannya
·
Menerima diri sendiri dan lingkungannya
secara positif dan dinamis
·
Mengambil keputusan
·
Mengarahkan diri, dan
·
Mewuudkan diri
Lebih lanjut,
untuk memudahkan ingatan kita tentang pengertian umum bimbingan, di bawah ini
dikemukakan huruf-huruf bimbingan yang dijadikan akronim sebagai unsure-unsur
poko yang ada dalam usaha bimbingan (Prayitno, 1983 : 3, 1987 : 36, dan 2004 :
131), yaitu :
B =
bantuan
I = individu
M =
manddiri
B =
bahan
I =
interaksi
N =
nasihat
G =
gagasan
A =
alat dan asuhan
N = norma
Dengan
memasukkan semua unsure di atas dapat dikatakan bahwa bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada individu (seseorang) atau kelompok (sekelompok
orang) agar mereka itu dapat mandiri melalui berbagai bahan, interaksi,
nasihat, gagasan, alat, dan asuhan yang di dasarkan atas norma-norma yang
berlaku.
Dari beberapa
pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam
penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu.
Tujuannya adalah agar individu tersebut dapat mengembangkan kemampuannya
seoptimal mungkin. Selain itu, tujuan bimbingan juga untuk membantu siswa agar
memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance),
mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self
realization).
b.
Prngertian Konseling
Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan
kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri
sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa
yang akan datang (Mungin Eddy Wibowo, 1986:39).
Menurut Prayitno (1997:106) konseling adalah proses
pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada
individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi oleh klien.
Dari pengertin tersebut, dapat penulis sampaikan
ciri-ciri pokok konseling, yaitu:
1. adanya
bantuan dari seorang ahli,
2. proses
pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling, dan
3. bantuan
diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar memperoleh konsep diri
dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah guna memperbaiki tingkah lakunya
di masa yang akan datang.
B.
Pengertian
Motivasi dan Belajar
a. pengertian
motivasi
Motivasi adalah kekuatan tersembunyi
di dalam diri kita yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan
cara yang khas (Davies, Ivor K : 1986). Motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
sehingga anak itu mau melakukan sesuatu (Prof. Drs. Nasution : 1995).
Samsudin (2005) juga memberikan pengertian motivasi sebagai proses
mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja
agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat
diartikan sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang
alami untuk memuaskan dan memperahankan kehidupan.
Sedangkan
menurut Grant Stewart, Motivasi adalah hal yang mendorong seseorang melakukan
sesuatu dan mengeluarkan seluruh usaha dan energinya untuk itu. Sifat dan
intensitas motivasi setiap orang berbeda-beda tergantung pada berbagai pengaruh
yang ada pada suatu waktu.
Pentingnya peranan motivasi dalam
proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai
bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai
dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai
tujuan tertentu guna memenuhi / memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks
pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk
pelajaran.
Peran motivasi dalam proses
pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar
untuk menggerakkan mesin motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa
berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat
justru dapat berpengaruh negatif terhadap kefektifan usaha belajar siswa.
Fungsi motivasi dalam pembelajaran
diantaranya :
1.
Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa
motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
2.
Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya
mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3.
Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya
menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan
cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
b. pengertian
belajar
Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam
kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan
kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan,
sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan
yang lain.
Belajar
tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana,
seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat. Irwanto (1997:105)
berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi
sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan
menurut Mudzakir (1997:34) belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang
bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah
laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Makna
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Bimbingan
dan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai
suatu sistem. Hal ini sesuai bahwa proses pendidikan adalah proses interaksi
antara masukan alat dan masukan mentah. Masukan mentah adalah peserta didik,
sedangkan masukan alat adalah tujuan pendidikan, kerangka, tujuan dan materi
kurikulum, fasilitas dan media pendidikan, system administrasi dan supervisi
pendidikan, sistem penyampaian, tenaga pengajar, sistem evaluasi serta
bimbingan konseling.
Paradigma konseling adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan
dalam bingkai budaya. Artinya, pelayanan konseling berdasarkan
kaidah-kaidah keilmuan dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas
dalam kaji terapan pelayanan konseling
yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta didik.
Visi pelayanan konseling adalah terwujudnya kehidupan
kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam
pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik
berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.
Adapun misi pelayanan bimbingan konseling antara lain ; Misi
pendidikan, yaitu memfasilitasi pengembangan peserta didik melalui
pembentukan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan masa
depan. Misi pengembangan, yaitu memfasilitasi pengembangan potensi dan
kompetensi peserta didik di dalam lingkungan sekolah/madrasah, keluarga dan
masyarakat. Misi pengentasan masalah, yaitu memfasilitasi pengentasan
masalah peserta didik mengacu pada kehidupan efektif sehari-hari.
B. Pentingnya
Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Jika
ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelakangi
perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek
psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat
dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas
sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin,
bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta
sehat jasmani dan rohani.
Untuk
mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh
komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan. Bila
dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses
bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat
sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah
dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan
relatif menetap.
Menurut
Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya
layanan bimbingan di sekolah yakni:
1. Masalah perkembangan individu
2. Masalah perbedaan individual
3. Masalah kebutuhan individu
4. Masalah penyesuaian diri dan
kelainan tingkah laku, dan
5. Masalah belajar
Bimbingan dapat
diartikan suatu bagian integral dalam keseluruhan program pendidikan yang
mempunyai fungsi positif, bukan hanya suatu kekuatan kolektif. Proses yang
terpenting dalam pentingnya bimbingan adalah proses penemuan diri sendiri. Hal
tersebut akan membantu anak mengadakan penyesuaian terhadap situasi baru,
mengembangkan kemampuan anak untuk memahami diri sendiri dan menerapkannya
dalam situasi mendatang.
Bimbingan bukan
lagi suatu tindakan yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis yang dihadapi
oleh anak, tetapi juga merupakan suatu pemikiran tentang perkembangan anak
sebagai pribadi dengan segala kebutuhan, minat dan kemampuan yang harus
berkembang.
Para individu
sering menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan yang selalu muncul dalam
kehidupan mereka. Tantangan dan kesulitan ini harus mereka hayati sebagai suatu
masalah yang harus diatasi, agar perkembangan selanjutnya dapat berjalan dengan
lancar. Memahami diri berarti mengenal diri sendiri secara lebih mendalam dan
menetapkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, serta membentuk nilai-nilai
(values) yang akan menjadi pegangan selama hidupnya (Winkel, 1990).
Karena secara umum tujuan penyusunan program layanan
bimbingan dan konseling di sekolah yaitu :
·
Mencapai
perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.
·
Mencapai
pola hubungan yang baik dengan teman sebaya.
·
Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku
yang dapat diterima dalam kehidupan yang lebih luas.
·
Mengenal
kemampuan, bakat dan minat serta arah kecenderungan karir dan apresiasi seni.
·
Mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran.
·
Mengenal
gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional,
sosial dan ekonomi.
·
Mengenal
sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup.
·
Mempersiapkan
diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan
psikis yang terjadi pada diri sendiri.
Melalui
pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan siswa dapat mengalami perkembangan
yang optimal baik secara akademis, psikologis dan sosial. Perkembangan yang
optimal secara akademis diharapkan peserta didik mampu mencapai prestasi
belajar yang baik dan optimal sesuai dengan kemampuan, perkembangan yang
optimal ditandai dengan perkembangan kesehatan yang memadai, sedangkan
perkembang optimal dari segi sosial bertujuan agar setiap peserta didik dapat
mencapai penyesuaian diri dan memiliki kemampuan sosial yang optimal.
C.
Permasalahan
dalam penyelenggaraan BK
Hambatan
yang dihadapi dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah
yakni :
1.
Pendidik
·
Kesan
siswa terhadap layanan BK seperti guru matapelajaran memberikan pembelajaran,
sehingga belum secara maksimal dimanfaatkan sebagaimana fungsinya layanan BK
itu sendiri.
·
Masih
ada perasaan malu dan takut bila menyampaikan permasalahan yang dihadapi
sehingga permasalahan tersebut emnumpuk pada diri siswa.
·
Banyak
siswa bermasalah tetapi tidak memahami bahwa dirinya mengalami kesulitan
terutama dalam hal belajar, akibat dari kesulitan yang tidak dirasakan tersebut
akan menghambat aktifitas dan proses pembelajaran dikelas.
·
Kesungguhan
dan komitmen siswa untuk mengatasi kesulitannya umumnya masih labil, sehingga
perlu secara continue dilakukan pendekatan.
2.
Guru Pembimbing
·
Belum
maksimalnya memberikan layanan konseling kepada klien.
·
Belum
efektifnya pelaksanaan konseling karena ketrampilan teknik konseling mash
terbatas.
3. Orangtua
Masih
banyak orangtua siswa yang memandang layanan BK sebagai pengawas atau polisi
sekolah sehingga terkesan bila diminta dating ke sekolah pasti putra/putrinya
dianggap melanggar tata tertib sekolah sehingga anak dicap nakal.
4.
Sarana dan Prasarana
·
Ruangan
BK yang masih kurang nyaman untuk melaksanakan layanan konseling.
·
Belum
ada ruang untuk bimbingan kelompok, kotak masalah dan ruang terapi pustaka.
Dalam belajar
mengajar guru/pendidik sering menghadapi masalah adanya peserta didik yang
tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar, ada siswa yang meperoleh
prestasi belajar yang rendah, meskipun telah diusahakan untuk belajar dengan
seabaik-baiknya, guru atau pendidik sering menghadapi dan menemukan peserta
didik yang mengalami kesulitan dalam belajar, untuk menghadapi peserta didik
yang kesulitan belajar, pemahaman utuh dari guru tentang kesulitan belajar yang
dialami oleh peserta didiknya, merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan
dan bimbingan yang tepat.
D. Usaha yang dapat dilakukan Oleh
Guru dalam Meningkatkan Efektifitas Layanan BK
Adapun usaha
yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan efektifitas layanan bimbingan
dan konseling agar motivasi belajar siswa meningkat, yaitu :
1. Melaksanakan koordinasi semua
komponen sekolah dalam upaya mewujudkan program sekolah yang efektif.
2. Meningkatkan diagnosa kesulitan
belajar kepada peserta didik.
3. Meningkatkan konsultasi kepada pihak
yang berkompeten.
4. Meningkatkan profesionalisme MGMP,
seminar, work shop dll
5. Meningkatkan pelayanan kepada
peserta didik sesuai dengan peranannya dalam kegiatan BK.
Adapun
peran guru dalam kegiatan BK di sekolah yaitu :
a. Informator, guru diharapkan sebagai
pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber
informasi kegiatan akademik maupun umum.
b. Organisator, guru sebagai pengelola
kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
c. Motivator, guru harus mampu
merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan
potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas)
sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d. Director, guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang
dicita-citakan.
e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide
dalam proses belajar-mengajar.
f. Transmitter, guru bertindak selaku
penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
g. Fasilitator, guru akan memberikan
fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h. Mediator, guru sebagai penengah
dalam kegiatan belajar siswa.
i.
Evaluator,
guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik
maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak
didiknya berhasil atau tidak.
Robinson dalam Abin Syamsuddin
Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi peserta didik yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan dan
konseling, yakni :
- Call them approach yaitu melakukan wawancara dengan memanggil semua peserta didik secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan peserta didik yang benar-benar membutuhkan layanan konseling.
- Maintain good relationship yaitu menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru pembimbing dengan peserta didik. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
- Developing a desire for counseling yaitu menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran peserta didik akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan peserta didik yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
- Melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta didik, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi peserta didik.
Selain
itu ada juga beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut :
1.
Mengoptimalkan Penerapan Prinsip-prinsip Belajar.
2.
Mengoptimalkan Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar.
3.
Mengoptimalkan Pemanfaatan Pengalaman yang Telah
Dimiliki Siswa.
4.
Mengembangkan Cita-cita atau Aspirasi Siswa .
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling ditujukan
untuk membimbing dan mengarahkan individu melalui usahanya sendiri untuk
menentukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi
serta bertujuan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai
dengan potensi yang dimilikinya.
Guru
adalah pembimbing siswa terutama guru BK/BP. Peran guru Pembimbing merupakan
faktor yang utama, namun tercapai atau tidaknya keberhasilan layanan akan
banyak ditentukan oleh program pelaksanaannya. Program Bimbingan dan Konseling
ini bukan hanya sebagai salah satu sumber atau pegangan dari guru BK, melainkan
juga sangat berguna bagi Kepala Sekolah sebagai manajer pendidikan di sekolah.
Melihat dari pentingnya pelayanan bimbingan konseling di
sekolah, kegiatan konseling sangat diperlukan dan harus ditingkatkan dalam
tujuan pendidikan nasional. Pendidikan yang baik tidak bisa membiarkan satu
sisi dari proses perkembangan, kedua sisi harus berjalan bersama-sama dengan
kadar yang sama dan harus dikelola dengan sebaik-baiknya.
Sebagai tenaga pendidik, seorang konselor wajib memahami
untuk apa dilakukannya pelayanan bimbingan konseling di sekolah. Pendidikan
tentu tidak lepas dari kehidupan sekolah untuk peserta didik, sehingga makna
bimbingan konseling dalam pendidikan dapat di artikan sebagai satuan pendidikan
dalam mencerdaskan emosi intelektual dan menemukan/menggali potensi diri.
B. Saran
Makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan dan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan pada masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun
bagi pihak yang memerlukan.
Tak lupa
kami sampaikan maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan pada penyusunan makalah
bimbingan dan konseling karena tidak ada gading yang tak retak, tidak seorang
manusiapun yang tak luput dari kesalahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Prayitno Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Depdikbud. 1997.
Partowisastro,
H. Koestoer. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-sekolah. Jakarta:
Erlangga.
Sukardi,
Dewa Ketut. 1995. Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sukardi,
Dewa Ketut.1983. Organisasi Administrasi
Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya : Usaha Nasional.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/program-bimbingan-dan-konseling/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar