Minggu, 09 November 2014

Makalah UAS Manajemen Peserta Didik “Upaya Guru Mengefektifkan Layanan BK dalam Meningkatkan Motivasi Belajar”



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya dan meningkatkan harkat dan martabat manusia, sehingga manusia mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang terjadi menuju arah yang lebih baik. Melalui pendidikan, tiap individu dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kreativitas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam pendidikan khususnya sekolah, perkembangan peserta didik tidak hanya sebatas mengembangkan intelektualnya saja namun juga perlu diimbangi dengan perkembangan emosi ke arah positif dan membangun karakter individu. Seiring dengan berkembangnya kehidupan masyarakat yang selalu berubah secara dinamis, setiap orang harus bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut.
Peran guru tentu tidaklah cukup untuk mengembangkan kecerdasan emosi peserta didik ke arah yang tepat, tentu diperlukan ahli untuk mengoptimalkan hal tersebut. Mengingat hal tersebut, dibentuklah sebuah sistem pendidikan yang di dalamnya terdapat kewajiban untuk membimbing dan mendidik perkembangan emosi peserta didik dengan bantuan seorang konselor sekolah.
Bimbingan dan Konseling di Sekolah dibentuk untuk memenuhi perkembangan peserta didik dalam proses pengembangan emosi dan norma kehidupan yang ada di sekolah maupun masyarakat. Bimbingan dan Konseling dianggap memiliki peran penting dalam pencapaian peserta didik dalam pendidikannya, hanya saja sebagian masyarakat masih belum memahami makna penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah sehingga menimbulkan pertanyaan besar, perlukah bimbingan dan konseling dilakukan.?




B.     Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian diatas, timbul beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.      Apa makna bimbingan dan konseling di sekolah ?
2.      Perlukah dilakukan bimbingan dan konseling di sekolah ?
3.      Bagaimana permasalahan yang dihadapi dalam pemberian layanan BK ?
4.      Apa Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru dalam pemberian BK ?

C.    Tujuan Penulisan
Dari uraian di atas, penulis mempunyai tujuan pembahasan, diantaranya sebagai berikut :
1.      Untuk memberikan informasi kepada siswa bahwa layanan bimbingan dan konseling sangat penting bagi siswa dalam meningkatkan motivasi belajar.
2.      Untuk mengetahui makna Bimbingan dan konseling di sekolah.
3.      Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam pemberian layanan BK.
4.      Untuk mengetahui usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam pemberian pelayanan BK.








BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Pengertian Bimbingan dan Konseling

a.      Pengertian Bimbingan

Pakar bimbingan Moh. Surya, 1988 : 12 mengungkapkan bahwa : Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang di bimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).
Menurut Prayitno, 1983 : 2 dan 1987 : 35 Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu :
·         Mengenal diri sendiri dan lingkungannya
·         Menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis
·         Mengambil keputusan
·         Mengarahkan diri, dan
·         Mewuudkan diri
Lebih lanjut, untuk memudahkan ingatan kita tentang pengertian umum bimbingan, di bawah ini dikemukakan huruf-huruf bimbingan yang dijadikan akronim sebagai unsure-unsur poko yang ada dalam usaha bimbingan (Prayitno, 1983 : 3, 1987 : 36, dan 2004 : 131), yaitu :

B         = bantuan
 I          = individu
M         = manddiri
B         = bahan
I           = interaksi
N         = nasihat
G         = gagasan
A         = alat dan asuhan
N         = norma
Dengan memasukkan semua unsure di atas dapat dikatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu (seseorang) atau kelompok (sekelompok orang) agar mereka itu dapat mandiri melalui berbagai bahan, interaksi, nasihat, gagasan, alat, dan asuhan yang di dasarkan atas norma-norma yang berlaku.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu. Tujuannya adalah agar individu tersebut dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin. Selain itu, tujuan bimbingan juga untuk membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).

b.      Prngertian Konseling

Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang (Mungin Eddy Wibowo, 1986:39).
Menurut Prayitno (1997:106) konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Dari pengertin tersebut, dapat penulis sampaikan ciri-ciri pokok konseling, yaitu:
1.      adanya bantuan dari seorang ahli,
2.      proses pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling, dan
3.      bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan datang.
B.     Pengertian Motivasi dan Belajar
a.      pengertian motivasi
Motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas (Davies, Ivor K : 1986). Motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga anak itu mau melakukan sesuatu (Prof. Drs. Nasution : 1995).
Samsudin (2005) juga memberikan pengertian motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan memperahankan kehidupan.
Sedangkan menurut Grant Stewart, Motivasi adalah hal yang mendorong seseorang melakukan sesuatu dan mengeluarkan seluruh usaha dan energinya untuk itu. Sifat dan intensitas motivasi setiap orang berbeda-beda tergantung pada berbagai pengaruh yang ada pada suatu waktu.
Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi / memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk pelajaran.
Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap kefektifan usaha belajar siswa.
Fungsi motivasi dalam pembelajaran diantaranya :
1.      Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
2.      Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3.      Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
b.      pengertian belajar
Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat. Irwanto (1997:105) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan menurut Mudzakir (1997:34) belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.


BAB III
PEMBAHASAN

A.    Makna Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Bimbingan dan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Hal ini sesuai bahwa proses pendidikan adalah proses interaksi antara masukan alat dan masukan mentah. Masukan mentah adalah peserta didik, sedangkan masukan alat adalah tujuan pendidikan, kerangka, tujuan dan materi kurikulum, fasilitas dan media pendidikan, system administrasi dan supervisi pendidikan, sistem penyampaian, tenaga pengajar, sistem evaluasi serta bimbingan konseling.
Paradigma konseling adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam bingkai budaya.  Artinya, pelayanan konseling berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kaji  terapan pelayanan konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta didik.
Visi pelayanan konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.
Adapun misi pelayanan bimbingan konseling antara lain ; Misi pendidikan, yaitu memfasilitasi pengembangan peserta didik melalui pembentukan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan masa depan. Misi pengembangan, yaitu memfasilitasi pengembangan potensi dan kompetensi peserta didik di dalam lingkungan sekolah/madrasah, keluarga dan masyarakat. Misi pengentasan masalah, yaitu memfasilitasi pengentasan masalah peserta didik mengacu pada kehidupan efektif sehari-hari.





B.     Pentingnya Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelakangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan. Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.
Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:
1.      Masalah perkembangan individu
2.      Masalah perbedaan individual
3.      Masalah kebutuhan individu
4.      Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan
5.      Masalah belajar
Bimbingan dapat diartikan suatu bagian integral dalam keseluruhan program pendidikan yang mempunyai fungsi positif, bukan hanya suatu kekuatan kolektif. Proses yang terpenting dalam pentingnya bimbingan adalah proses penemuan diri sendiri. Hal tersebut akan membantu anak mengadakan penyesuaian terhadap situasi baru, mengembangkan kemampuan anak untuk memahami diri sendiri dan menerapkannya dalam situasi mendatang.
Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis yang dihadapi oleh anak, tetapi juga merupakan suatu pemikiran tentang perkembangan anak sebagai pribadi dengan segala kebutuhan, minat dan kemampuan yang harus berkembang.
Para individu sering menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan yang selalu muncul dalam kehidupan mereka. Tantangan dan kesulitan ini harus mereka hayati sebagai suatu masalah yang harus diatasi, agar perkembangan selanjutnya dapat berjalan dengan lancar. Memahami diri berarti mengenal diri sendiri secara lebih mendalam dan menetapkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, serta membentuk nilai-nilai (values) yang akan menjadi pegangan selama hidupnya (Winkel, 1990).
Karena secara umum tujuan penyusunan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu :
·         Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.
·         Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya.
·          Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan yang lebih luas.
·         Mengenal kemampuan, bakat dan minat serta arah kecenderungan karir dan apresiasi seni.
·         Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran.
·         Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi.
·         Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup.
·         Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri.
Melalui pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan siswa dapat mengalami perkembangan yang optimal baik secara akademis, psikologis dan sosial. Perkembangan yang optimal secara akademis diharapkan peserta didik mampu mencapai prestasi belajar yang baik dan optimal sesuai dengan kemampuan, perkembangan yang optimal ditandai dengan perkembangan kesehatan yang memadai, sedangkan perkembang optimal dari segi sosial bertujuan agar setiap peserta didik dapat mencapai penyesuaian diri dan memiliki kemampuan sosial yang optimal.
C.    Permasalahan dalam penyelenggaraan BK
Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah yakni :
1.      Pendidik
·         Kesan siswa terhadap layanan BK seperti guru matapelajaran memberikan pembelajaran, sehingga belum secara maksimal dimanfaatkan sebagaimana fungsinya layanan BK itu sendiri.
·         Masih ada perasaan malu dan takut bila menyampaikan permasalahan yang dihadapi sehingga permasalahan tersebut emnumpuk pada diri siswa.
·         Banyak siswa bermasalah tetapi tidak memahami bahwa dirinya mengalami kesulitan terutama dalam hal belajar, akibat dari kesulitan yang tidak dirasakan tersebut akan menghambat aktifitas dan proses pembelajaran dikelas.
·         Kesungguhan dan komitmen siswa untuk mengatasi kesulitannya umumnya masih labil, sehingga perlu secara continue dilakukan pendekatan.
2.      Guru Pembimbing
·         Belum maksimalnya memberikan layanan konseling kepada klien.
·         Belum efektifnya pelaksanaan konseling karena ketrampilan teknik konseling mash terbatas.
3.      Orangtua
Masih banyak orangtua siswa yang memandang layanan BK sebagai pengawas atau polisi sekolah sehingga terkesan bila diminta dating ke sekolah pasti putra/putrinya dianggap melanggar tata tertib sekolah sehingga anak dicap nakal.


4.      Sarana dan Prasarana
·         Ruangan BK yang  masih kurang nyaman untuk melaksanakan layanan konseling.
·         Belum ada ruang untuk bimbingan kelompok, kotak masalah dan ruang terapi pustaka.
Dalam belajar mengajar guru/pendidik sering menghadapi masalah adanya peserta didik yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar, ada siswa yang meperoleh prestasi belajar yang rendah, meskipun telah diusahakan untuk belajar dengan seabaik-baiknya, guru atau pendidik sering menghadapi dan menemukan peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar, untuk menghadapi peserta didik yang kesulitan belajar, pemahaman utuh dari guru tentang kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didiknya, merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan dan bimbingan yang tepat.

D.    Usaha yang dapat dilakukan Oleh Guru dalam Meningkatkan Efektifitas Layanan BK

Adapun usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan efektifitas layanan bimbingan dan konseling agar motivasi belajar siswa meningkat, yaitu :
1.      Melaksanakan koordinasi semua komponen sekolah dalam upaya mewujudkan program sekolah yang efektif.
2.      Meningkatkan diagnosa kesulitan belajar kepada peserta didik.
3.      Meningkatkan konsultasi kepada pihak yang berkompeten.
4.      Meningkatkan profesionalisme MGMP, seminar, work shop dll
5.      Meningkatkan pelayanan kepada peserta didik sesuai dengan peranannya dalam kegiatan BK.




Adapun peran guru dalam kegiatan BK di sekolah yaitu :                            
a.       Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b.      Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
c.       Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d.      Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e.       Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f.       Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
g.      Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h.      Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i.        Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
Robinson  dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi peserta didik yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan dan konseling, yakni :
  1. Call them approach yaitu melakukan wawancara dengan memanggil semua peserta didik secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan peserta didik yang benar-benar membutuhkan layanan konseling.
  2. Maintain good relationship yaitu menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi  jurang pemisah antara guru pembimbing dengan peserta didik. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
  3. Developing a desire for counseling yaitu menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran peserta didik akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan peserta didik yang bersangkutan tentang hasil dari  suatu tes, seperti  tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
  4. Melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta didik, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi peserta didik.
Selain itu ada juga beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut :
1.      Mengoptimalkan Penerapan Prinsip-prinsip Belajar.
2.      Mengoptimalkan Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar.
3.      Mengoptimalkan Pemanfaatan Pengalaman yang Telah Dimiliki Siswa.
4.      Mengembangkan Cita-cita atau Aspirasi Siswa .




BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling ditujukan untuk membimbing dan mengarahkan individu melalui usahanya sendiri untuk menentukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi serta bertujuan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Guru adalah pembimbing siswa terutama guru BK/BP. Peran guru Pembimbing merupakan faktor yang utama, namun tercapai atau tidaknya keberhasilan layanan akan banyak ditentukan oleh program pelaksanaannya. Program Bimbingan dan Konseling ini bukan hanya sebagai salah satu sumber atau pegangan dari guru BK, melainkan juga sangat berguna bagi Kepala Sekolah sebagai manajer pendidikan di sekolah.
Melihat dari pentingnya pelayanan bimbingan konseling di sekolah, kegiatan konseling sangat diperlukan dan harus ditingkatkan dalam tujuan pendidikan nasional. Pendidikan yang baik tidak bisa membiarkan satu sisi dari proses perkembangan, kedua sisi harus berjalan bersama-sama dengan kadar yang sama dan harus dikelola dengan sebaik-baiknya.
Sebagai tenaga pendidik, seorang konselor wajib memahami untuk apa dilakukannya pelayanan bimbingan konseling di sekolah. Pendidikan tentu tidak lepas dari kehidupan sekolah untuk peserta didik, sehingga makna bimbingan konseling dalam pendidikan dapat di artikan sebagai satuan pendidikan dalam mencerdaskan emosi intelektual dan menemukan/menggali potensi diri.

B.     Saran
            Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan pada masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi pihak yang memerlukan.
Tak lupa kami sampaikan maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan pada penyusunan makalah bimbingan dan konseling karena tidak ada gading yang tak retak, tidak seorang manusiapun yang tak luput dari kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikbud. 1997.
Partowisastro, H. Koestoer. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-sekolah. Jakarta: Erlangga.
Sukardi, Dewa Ketut. 1995. Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut.1983. Organisasi Administrasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya : Usaha Nasional.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/program-bimbingan-dan-konseling/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar